Arsip untuk April, 2009



The Da Vinci Code Oelama

Oleh :

Darmen Adios

Kalaulah selebritis ganteng seperti Ari Wibowo yang mengiklankan Fatigon, Inneke yang mengiklankan shampoo, atau actor ganteng lainnya Primus yang mengiklankan Motor Honda, tidak ada reaksi ummat. Walau wajah aktris actor tersebut memenuhi ukuran full billboard yang dipasang di jalan jalan raya. Wajarlah…, mereka kan actor dan aktris yang memang dimanfaatkan ketenarannya, ke selebritisannya oleh produk dagang, agar produk produk tersebut cepat laku dimasyarakat.

Bagi actor itu juga selalu berusaha keras untuk menjadikan dirinya selalu populer, agar terpakai (laku) didunia hiburan, dunia bisnis. Sesuatu yang biasa biasa saja dalam dunia bisnis pekerjaan menjual tampang tersebut, terhadap selebritis.

Tetapi kalau ulama tenar, memanfaatkan ketenarannya sebagai ulama untuk produk iklan, dimana wajahnya terpampang penuh satu halaman koran tabloid, ummat tentu bertanya tanya, ini ulama atau selebritis?, ummat merasa ada sesuatu yang over (berlebih lebihan) pada tindakan ulama tersebut. Ia tidak menjual baju, sembako, sebagaimana khalifah Abu Bakaar Sidhiq ra dalam mencari nafkah, tetapi menjual kepopuleran keulamaannya untuk meraup pundi pundi dunia. Sesuatu yang baru dalam dunia dakwah, dunia penyeru penyeru manusia kejalan Allah. Seorang pewaris nabi. menceburkan diri kedalam dunia hedonisme, dunia selebritis dan datang dari kelompok ulama.

Saya berfikir keras, mengingat ulama adalah pewaris nabi, dan ini yang justru menggelitik qolbu ummat, artinya cerminan nabi ada pada ulama, maukah Rasulullah SAW jika hadir dalam kehidupan kita sekarang ini, menampilkan wajahnya untuk suatu produk barang, dimuat sebesar ukuran Koran tabloid, yang tidak tertutup kemungkinan akan dipasang pula sebesar ukuran billboard dipinggir jalan raya, seperti wajah cantik Inneke dengan iklan shamponya?. Maukah, ini suatu pertanyaan ???.

Bukankah setiap iklan membawa pesan? Bukankah wajah sang ulama yang dipasang begitu besar membawa pesan?. seseorang yang taqwa, ber-iman, dari hari kesehari menampilkan wajah duka dalam berdoa di TV, menunjuki ummat jalan yang lurus, jalan keimanan, tiba tiba, break!!, break!! Di session lain sang ulama berpesan, makanlah super mie dsbnya, dalam acara Super berkah. Tampil pula seperti actor Primus yang mengiklankan Honda Motornya lelaki,…dengan jaket hitam, didepan motor besar disebar luaskan penampilan ulama tersebut kemasyarakat luas.

Menjual tampang? apakah bagian dari ilmu management qolbu?, atau telah terjadi degradasi (penurunan) nilai dari para pembawa risalah? Atau pula, dari awal berkecimpung didunia pembawa risalah, niatnya itu memang memburu popularitas, sangat berharap wajahnya masuk Koran apalagi masuk TV, setelah popularitas didapat lantas mengambil keuntungan komersial dari kepopulerannya!. Gelagat menjual tampang populernya ini telah terlihat pada ulama pembawa risalah lainnya.

Bagi orang awam, memang mencita citakan cepat popular seperti selebritis, agar dapat cepat menjadi kaya dan itu memang itu salah satu tujuan hidupnya. Lihat saja antusiasnya mereka yang ikut Indonesian Idol, AFI, jika tidak terpilih, ada yang marah, menangis, sedih. Tetapi jika terpilih, wajahnya luar biasa gembira, menangis juga, tetapi menangis dalam luapan emosi kegembiraan. Tujuan populer memang jalan tol, jalan cepat menjadi kaya, dan kini jalan itu diambil pula oleh barisan sebagian ulama.

Dalam hadist qudsi, kualitas ulama semacam ini langsung di tohok Allah swt, kamu menyeru manusia kejalan Allah, padahal kamu berharap keuntungan dunia dari seruanmu, maka dunia yang engkau mau, aku berikan kepadamu, tetapi kamu tidak memperoleh bagianmu diakhirat. Kan sudah di dapat didunia. (teks bebas, hadist Qudsi).

Dalam kondisi dunia timpang dimana kemelaratan di negeri BBM (benar benar mabok) begitu menyedihkan, televisi malah selalu menampilkan kehidupan kenikmatan orang orang kaya, dengan rumah mereka yang megah, mobil yang selalu gonta ganti, orang orang kaya yang kongkow kongkow di mall mall, berhandphone, makan di café café, berpakaian yang sexy serta mahal, di tambah lagi sajian quiz quiz cara gampang dapat harta dunia, to be millioner dll, jingkrak jingkraknya dua orang ibu yang mendapat dua milyard dalam acara super deal, menjadi semakin mengkristal pada qolbu ummat, keinginan yang mendalam ingin kaya seperti ibu ibu yang mendapat dua milyard itu.

Kita harus kaya, kita harus kaya, kita haruuuuuuuuus kaya, lihatlah contoh ibu ibu itu, betapa nikmatnya jadi orang kaya. Begitulah semangat yang menggema di qolbu ummat. Apalagi seorang ulama besar juga telah menulis buku, Saya tak ingin kaya, tapi saya harus kaya. Ibarat rakyat yang sedang kehausan dipadang sahara kemelaratan, otak ummat tidak lagi mampu berfikir, bertujuan dalam perjalanan hidupnya menuju Allah, tetapi terlempar ke aspal menuju perburuan harta dunia yang tak pernah usai kecuali maut menjemput, sang tokoh ulama malah memperkokoh motivasi ummat agar …. Kalian harus kaya (imagenya duit, kesenangan, kemewahan)…Bukan kalian harus bertaqwa (imagenya keimanan, kemulian hati).

Kita lihat apa yang terjadi dimasyarakat dalam motivasi ummat yang telah mengkristal untuk memburu kekayaan dunia itu?, bagi yang tidak beruntung meraup kenikmatan dunia sebagaimana yang ia selalu lihat ditelevisi, ia mengambil jalan tol versinya sendiri, dengan merampok, membunuh korbannya atau memperkosa.

Atau bagi yang putus asa, tidak bisa kaya tapi tak mampu merampok, mengambil jalan tol pula dengan membunuh dirinya. Memeluk, mencium anaknya, lantas gantung diri, karena mencari pekerjaan susah, istri selalu marah karena dirinya menganggur, bertambah lagi korban korban bunuh diri, lantaran tak tahan hidup dalam kemelaratan, sementara tontonan nikmatnya jadi orang kaya, tak pernah lenyap dari layar kaca.

Mungkin dalam qolbunya sang korban berkecamuk kalimat, betapa hina dan rendahnya jadi orang miskin, dan betapa mulia, gagahnya, bahagianya jadi orang kaya. Sementara untuk hidup dalam kemiskinan saja, sudah sulit sekali, istri merongrong, dunia menghinakan, dunia tidak adil dan tak pernah adil, maka ia memilih membunuh dirinya, selamat tinggal anakku, selamat tinggal istriku, (romantis amat ya), aku mencintai kalian, tapi aku harus pergi karena aku tidak bisa mengharuskan diriku jadi orang kaya. Kalau keharusan pasti, mutlak menjadi kenyataan, mengapa pula harus bunuh diri. Gemparlah masyarakat.

Motivasi haruuuuuus kaya menyebabkan pola berfikir ummat terbelok dari tujuan hidupnya menuju Allah, dan manusia manusia yang berkilauan matanya terhadap harta dunia itu langsung di ingatkan Allah SWT dan dikatagorikan sebagai kelompok orang orang munafik:

لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاَتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ ، وَسَيَحْلِفُونَ باِللهِ لَوِاسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan (dunia) yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: “Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu”. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (at-Tawbah; 9:42)

Kalau gua ajak ngaji, belajar apa itu Islam, sulit amat gua dapet jama’ah, paling satu dua orang, tapi giliran ada quis super deal, nonton piala dunia, nonton idolanya tanding final Indonesia Idol di TV, tontonan dangdut berhadiah dilapangan, nyaksiin goyangan udel udel penyanyi dangdut, satu kampung datang dah ke tuh tempat.

Ini memang kejutan baru bagi ummat, seorang ulama mensejajarkan dirinya dengan penulis penulis barat dalam hal How to get money, How to be rich dengan tambahan penekanan harus kaya, berarti semua daya upaya dilakukan untuk memenuhi keharusan itu dan keharusan itu diajarkan kepada ummat. Apakah mengajarkan How to be rich dengan keharusan maqomnya pembawa risalah?, Jika ia Robert T. Kiyosaki dengan Rich Dad Poor Dad, itu memang maqomnya penulis dunia yang selalu mengimpikan kekayaan dunia dan dia dapatkan. Kalau Ulama? Ini kejutan berikut setelah ulama menjual tampang, membuat kita harus meneliti The Da Vinci Code. Dimanakah rahasia kunci kemakmuran rakyat secara global dan rahasia ulama selebritis?

Kaya, miskin (rezeki) seseorang rahasia Allah, Howard Hughes sebelumnya dari keluarga miskin, buta huruf pula, melamar kerja di bank untuk sekedar jadi tukang sapu, ditolak lantaran tidak bisa baca. Ia tidak pernah baca buku How to be rich. Bagaimana baca sedang ia buta huruf. Beberapa tahun kemudian ia kembali ke bank dimana ia pernah melamar kerja dengan membawa uang jutaan dollar, ia disuruh menuliskan daftar isian, ia katakan ia buta huruf. Petugas katakan kalau anda Howard bisa baca tulis, tentu engkau akan lebih kaya lagi dari yang sekarang ini. Howard Hughes menolak pernyataan karyawan bank tersebut. Justru jika aku bisa baca tulis, aku tetap kere seperti dirimu yang masih menjadi karyawan. Kekayaan Howard Hughes si buta huruf itu luar biasa besar.

Di negeri BBM bertumpuk sarjana ekonomi, pakar pakar keuangan, bahkan sampai tingkat Begawan Ekonomi, harusnya dengan ke ilmuan mereka yang luar biasa pintar itu, menguasai juga teori ilmiah dan teori aku harus kaya, ekonomi negeri BBM maju, nyatanya keilmuan mereka yang begitu hebat tidak ada apa apanya untuk rakyat BBM.

Dari sejak negeri BBM merdeka, Adil Makmur bagi rakyat, cuma seperti impian katak dalam tempurung yang merindukan bulan, yang melarat terus bertambah. Kemiskinan tergelar dimana mana. Jadi tidak ada kepastian kolerasi, bahwa tau ilmu mencari uang, pasti kaya nya. Apalagi harus, AKU HARUS KAYA (gaya ey abdina.., mentang mentang lagi kaya atuh, coba dalam kondisi melarat, abdina nulis judul bukunya bagaimana?, mau dipaksakan kata kata aku harus kayanya?, naah elu bilang harus kaya, buktinya melarat).

Qarun sombongkan diri, semua harta yang kudapat ini karena ilmuku, maka ilmuku ini aku tulis dalam buku, aku harus kaya, kalian bisa belajar dari ilmuku, dari bukuku, dan pasti kalian akan kaya karena aku adalah bukti kongkrit, begitulah kata kata Qarun.

{قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِى ، أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ، وَلاَ يُسْئَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ}

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. (QS. 28:78)

{فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِى زِينَتِهِ ، قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عظِيمٍ}

Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. 28:79)

{وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلاَ يَلْقَاهَا إِلاَّ الصَّابِرُونَ}

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (QS. 28:80)

{فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ}

Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS. 28:81)

{وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِاْلأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ ، لَوْ لاَ أَنْ مَنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ، وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. 28:82)

Saudaraku, Allah SWT sendiri menyatakan dalam firmanNya, Dialah yang mengkayakan dan memiskinkan hamba hambaNya (biar kata anda sudah matang teori aku harus kaya, karangan ulama besar, kalau Allah belum mau anda kaya, tak bakalan terjadi, tidak ada korelasinya, tidak baca buku bisa kaya, baca buku belum tentu bisa kaya, baca buku bisa kaya, tidak baca buku …ah puyeng dah ane).

{وَ اللهُ فَضَّلَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِى الرِّزْقِ ، فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّى رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ ، أَفَبِنِعْمَةِ اللهِ يَجْحَدُونَ}

Dan Allah melebihkan (mengkayakan) sebahagian kamu dari sebahagian yang lain (memiskinkan) dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu)(dikayakan) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah (QS. 16:71)

Jika ada satu juta pembaca buku “Saya tidak ingin kaya, tapi Saya harus kaya”, apakah sang ulama berani jamin satu juta orang itu akan kaya pula seperti tidak ingin kayanya sang ulama, tapi ia jadi kaya raya?. Kalau cuma satu dua orang yang jadi kaya lantaran membaca buku itu, itu seperti cerita orang yang pergi ke gunung Kidul minta kaya di kuburan kuburan yang di musyrikkan, dari satu juta pengunjung setelah dia minta kaya kapada “roh kubur” ia cerita kepada temannya, bahwa ia kaya setelah meminta kepada arwah “roh kobur” yang disucikan. Nyatanya jutaan pengunjung yang datang ketempat tersebut, tetap saja miskinnya, walau telah melakukan ritual yang sama.

Memang pembicaraan masalah kaya adalah persoalan yang sangat sensitive dalam Islam. Islam membolehkan ummatnya kaya, tapi manakala ia antusias memburu kekayaan, malah sesatlah manusia tersebut, pusing kan?, karena tujuan hidup dalam Islam bukan untuk memburu kekayaan. Dan kebanyakan manusia terjebak dalam proses ini.

Yang diperintahkan Allah adalah carilah kehidupan akhirat, bukan carilah kekayaan dunia, tumpuk tumpukilah hartamu di bank, sama sekali tidak. How to get Paradise not How to be rich. Karena itu tugas ulama mengarahkan ummat untuk memperoleh akhiratnya, walau keadaan ummat sedang amat sengsaranya dikehidupan dunia ini, bukan malah mengajarkan kalian harus kaya, kalian harus kaya, seperti aku gitu lho!!!.

{وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلآخِرَةِ ، وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ، وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ ، وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِى اْلأَرْضِ ، إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ} 77/ القصص

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28:77)

Yang terjadi dimasyarakat, ummat malah membalik kehendak Allah dalam surat 28:77 tersebut. Jadi qur’annya versi manusia adalah, carilah kehidupan dunia, rebutlah dunia, antusiaslah sesuai nasehat ulama kondang, tapi jangan lupakan akheratmu. Jadi kebolak balik yaah.

Akibat kesalahan persepsi ini, manusia siang malam, pagi sore, setiap hari dan bahkan sampai matinya disibukkan selalu dalam rangka mencari nafkah Allah, mulut mereka membela diri, ibadah nikh, ibadah nikh, cari nafkah kan ibadah, padahal ia tak lebih dari budak belian, mirip kambing, yang tahu cuma bekerja keras untuk makan dan makan untuk bekerja keras, hari sabtu Ahad dipakai untuk ke mall, café, panti pijat, tempat rekreasi, mengendurkan otot otot dalam konteks kaum hedonisme, begitu terus dilakukan sampai matinya.

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا ماَ نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاَهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا}

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (QS. 17:18)

{وَمَنْ أَرَادَ اْلآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا}

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS. 17:19)

THE DA VINCI CODE

Kalau begitu bagaimana agar rakyat atau ummat bisa menikmati adil sungguhan, makmur (kaya) sebenarnya, aman (tidak ada perampokan, pembunuhan, perkosaan, bencana alam) disertai berkah Allah lagi, bukan berkah super (nisbi) versi ulama?, Da Vinci Code nya datang dari Allah jua.

Mau pastor2, pada protes kek, ulama ulama ngetop pada protes kek, jendral jendral pada protes kek, gubernur gubernur pada protes kek, anggota dewan pada protes kek, code The Da vinci nya sbb:

Kode pertama yang terkuak kata Allah, jangan musyrik, yaitu, penguasa negeri BBM jangan lagi musyrik massal atau musyrik pribadi, sholat juga, puasa ramadhan juga, haji juga, tapi menolak hukum hukum Allah yang lain, lantaran takut kepada tuhan saingan Allah, apa itu tuhannya? yaitu: buka code, ..on mesin,… display = jeglek ning neng… TTL@001.com (tuhan toleransi), Kita harus toleransi kepada minoritas non muslim; TTGR# 002$ (tuhan tenggang rasa), engga enak donk, negeri ini khan punya die juga, bukan punya Allah; TD all not Allah 003(tuhan Democrazy), semuanya kita serahkan pada apa maunya rakyat, bukan apa maunya Allah; TDPDP*.* all ok %004% (tuhan dari pada dari pada), dari pada mereka yang embat, lebih baik kita yang embat; TM )( 004 tuhan murobbi. Apa kata murobbi yes, walau si murobbi sesat tetap yes, Closed display success.

Kode kedua Da Vinci, jangan munafik masal atau pribadi, buka code,..on mesin, ..display =jeglek ning neng, NT001 nempelin terus siapa aja yang berkuasa, nasakom ? OK boss aku pendukungmu, Pantat Lisa yang bahenoul OK boss, aku bergairah terhadap bodymu yang seperti guitar, nanti kalau kaum muslimin menang, nempel juga, Islam OK Boss tuh lihat ike khan juga bikin pesantren?, pokoknya semuanya OK yang penting ahli dalam merekat. SKB002, Hobby Sembunyikan Kebenaran, tulalit tulalit, tidak berani berkata benar, tulalit tulalit, menghalakan segala cara. Tulalit tulalit, mencampur yang haq dengan yang batil, tulalit tulalit budayakan, perkokoh democrazy.

{الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ، فَاللهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَلَنْ يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً}

(yaitu) orang-orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu’min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata:”Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:”Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:”Bukankah kami turut memenangkan kamu, dan membela kamu dari orang-orang mu’min”. Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS. 4:141)

No musyrik, no munafiq, no zhalim, no kufar = Iman. Amaliah konsisten qur’an = taqwa, yang memproses iman dan taqwa penguasa dan rakyat, maka terbukalah pintu pintu rezeki dari langit. (Bukan karena membaca buku Aku Harus Kaya). Maka ummat akan memperoleh Kemakmuran, Keadilan, Keamanan, dan Berkah. Masih juga musyrik dan munafik=azab berkepanjangan.

Sinyal Da Vinci Code yang dikirim dari Sidratul Muntaha Q 7:96

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٌ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,(tidak musyrik, tidak munafik) pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi(negeri aman dan makmur), tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa (azab) mereka disebabkan perbuatannya. (QS. 7:96)

PEWARIS NABI

Habitat ulama telah Rasulullah katakan sebagai pewaris nabi, jadi ulama adalah cermin dari akhlak Rasulullah SAW. Namanya juga pewaris nabi, cermin, tentu harus beda dengan pewaris lain umumnya seperti pewaris bintang film Elvis Presley, pewaris putra mahkota Sultan Hamengku, pewaris keturunan darah biru, dsbnya.

Kalau sang ulama actionnya sama dengan selebritis, lambat laun hakikat ulama sebagai pewaris nabi sebagaimana yang disabdakan Rasulullah akan lenyap secara bertahap, karena ternyata “selebritis” lainnya dari habitat ulama juga telah bermunculan. Meraup keuntungan dunia dengan memanfaatkan ke tenarannya sebagai ulama disertai lidahnya yang tak pernah berhenti dari zikir, memuji muji Allah. Seperti inikah kesudahannya ulama pewaris nabi…? Alamaak.

Dalam Al Qur’an seorang ulama, da’i, atau yang juga popular disebut ustad, adalah mereka yang terikat memperjuangkan ugama Allah. Membawa misi Allah dan Rasul Allah. Kita perhatikan ayat sbb:

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِى سَبِيلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِى اْلأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ اْلجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ سِيْمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (al-Baqarah; 2:273)

Konteks diatas adalah fukaro (orang miskin) yang terikat fiesabilillah (berjuang, berjihad) dijalan Allah. Ulama, ustad walau belum tentu sebagai fukaro, tidak bisa tidak masuk dalam kelompok orang orang dalam rangka keterikatannya berjuang dijalan Allah. Jadi ada nilai (value) yang memang harus dijaga oleh seorang ulama tersebut.

Ulama tidak seperti bintang sinetron wanita yang kesehariannya berpakaian tapi telanjang, memperlihatkan udel, memperlihatkan ketiak, belahan dada, tapi begitu main film untuk acara Ramadhan, tiba tiba saja ia menjadi wanita muslimah yang taqwa dengan jilbab yang menawan. Mengharu birukan masyarakat akan perannya sebagai wanita sholeh. Tetapi selepas acara Ramadhan, ditonjolkannya lagi belahan dadanya atau belahan pantatnya kepada ummat tanpa punya rasa malu, padahal baru kemarin ia berperan sebagai wanita salih yang menjadi teladan ummat.

MAMPU MEMPROYEKSIKAN CARA BERFIKIR RASULULLAH

Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal, jika seorang pribadi telah mengikhlaskan dirinya sebagai ulama pewaris nabi, seyogianya cara berfikirnya mampu memproyeksikan cara berfikir Rasulullah pada masa sekarang ini kedalam qolbunya. Jadi walau Rasulullah SAW telah lama tiada, sang ulama mampu berfikir, seandainya Rasulullah hidup pada zaman sekarang ini, kira kira mau atau tidak melakoni sesuatu perbuatan yang aku lakoni sekarang ini?, misal jadi bintang iklan seperti actor Ari Wibowo?

Seandainya Rasulullah masih hidup, apakah kira kira Rasulullah mau berjuang seperti orang orang partai sekarang ini?, menjadi ketua partai Islam, dimana kalau partai Islamnya kalah, Rasulullah berkata, jangan putus asa, kita kampanye lagi lima tahun mendatang dengan kampanye lebih besar lagi, kita putihkan Jakarta, uang tidak masalah, Allah pasti drop dari langit, pasang poster tampang saya sebesar besarnya di jalan jalan agar rakyat tau saya ini Rasulullah.

Pamer wajah besar besar itu bukan ria, biar rakyat tau gue ganteng, gue jilbab dengan setumpuk gelar ini itu. Itu khan cuma informasi yang dibungkus jihad. Supaya rakyat pilih kita punya partai. Pokoknya sampai kapanpun kita budayakan, kita kokohkan democrazy dari barat itu, agar mendarah daging di jiwa, di qolbu rakyat kaum muslimin, sampai tidak mungkin lagi rakyat keluar atau mencampakkan demograzy ini. God luck kelompok putih !!!..

Coba jawab oleh qolbu anda sendiri, apakah kira kira Rasulullah mau jadi ketua partai seperti yang jadi rebutan dikalangan ummat yang mengaku berjuang untuk untuk Islam, sekarang ini?.

Bertanya lagi qolbu kita, maukah Rasulullah bermusyawarah untuk katanya menegakkan kalimat Lailahaillallah dimana teman teman musyawarah kita ada yang Katolik, Hindu, Budha, Kristen dstnya?. Saudara yth dari Hindu, saudara yth dari Katolik dst, sehubungan korupsi semakin mengganas macam wabah flu burung, Negara dalam keprihatinan yang amat sangat, maka kita tegakkan hukum potong tangan terhadap para koruptor tersebut. Tidak usah sampai minta jawaban dari para orang orang non muslim itu, duduk bersama mereka untuk membicarakan potong tangan saja, apakah menurut qolbu anda, Rasulullah akan bersedia?

Jika qolbu kita sendiri menjawab tidak, lantas apa yang kita lakukan selama ini ???, kita telah ditipu syeitan dan telah menipu qolbu kita sendiri, dan kita membuat alasan alasan yang tanpa ada kebenarannya, tanpa hujjah dari qur’an maupun Sunah Rasul (hadits), padahal qolbu kita juga menyadari, bahwa Allah maha tahu apa yang tersembunyi dalam jeroan qolbu kita.

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ ، فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَباَةُ الدُّنْيَا ، وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ}

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. 35:5)

ULAMA JUGA MANUSIA

Banyak kaum muslimin berkata, ulama kan juga manusia, bukan nabi yang terjamin dan terbebas dari dosa, tapi kita tidak pernah jujur dalam ucapan kita bahwa Ulama Abu Bakar Shiddiq ra, Ulama Umar bin Khatab ra, Ulama Ali bin Abi Thalib ra, Ulama Usman ra, Amar bin yasir, Aisah ra, Abu Hurairah dll juga manusia dan bukan nabi. Tetapi mereka konsisten menempatkan dirinya sebagai ulama. Dan pernahkah terdengar kritikan terhadap peran mereka sebagai ulama sampai detik kini?. Padahal ulama masa kini, ada yang ulama selebritis, ada yang ulama us’suu’u (ulama jahat), ada pula asli ulama pewaris nabi. Jadi yang original ulama masih ada.

Dengan mencoba kemampuan seorang hamba Allah untuk selalu memproyeksikan dirinya seolah olah Rasulullah hidup pada zaman sekarang ini, diproyeksikannya kedalam qolbunya, walau kita tidak banyak tahu tentang ribuan hadits shoheh, tidak tahu banyak semua yang termaktub dalam qur’an, kemampuan tersebut membantu banyak dalam mengerem langkah langkah kita yang kerap bablas dalam rangka mencapai tujuan.

Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, bicara asal bunyi tanpa hujjah, democrazy itukan cuma kresek, seperti orang beli barang di indomaret, giant dst, nanti sampai rumah kresek itu dibuang, (kalau dah menang democrazy itu dibuang), padahal ia dan kawan kawan seperjuangannya dapat hidup nikmat, bermewah ria dari perahan air kresek yang dimasukkan dalam perut anak istri mereka dan kocek kocek mereka. Asal ngomong qolbu otomatis awarahum.

DIHARAMKAN KONTRAK DENGAN PEMBAYARAN

Karena telah menjadi orang populer, maka diburulah sang ulama oleh stasiun2 TV, Radio dstnya, kontrak sana, kontrak sini, mengisi kegiatan Ramadhan dengan pembayaran yang tertera di surat kontrak dan telah ditanda tangani kedua belah pihak. Kalau sang ulama belum terkenal, dan sang ulama punya ambisi agar dirinya lekas lekas top, maka justru pihak TV yang meminta bayaran kepada ulama tersebut.

Inilah yang disebut bisnis menjual ayat ayat Allah, dan sang ulama lantaran tergiur hopeng hedong ratusan juta bisa sampai M untuk satu bulan isi acara di TV, tanpa merasa bersalah menekan surat kontrak itu. Apa yang terjadi sesungguhnya setelah teken surat kontrak beserta jumlah pembayarannya?, Sesungguhnya misi Rasulullah dan para nabi, telah dibisniskan oleh para ulama itu. Telah diplesetkan bertolak belakang dari kehendak Allah dan rasulNya. Kita lihat bagaimana sikap semua nabi dalam menjalankan tugasnya, mereka semua tidak meminta bayaran atas dakwah dakwahnya. Kalau kontrak terjadi, artinya menyetujui kerjanya sang ulama dibayar.

Nabi Nuh tidak meminta upah :

{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوْحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِى وَتْذكِيرِى بِآيَاتِ اللهِ فَعَلَى اللهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلاَ تُنْظِرُونَ}

Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah sajalah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. (QS. 10:71)

{فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ، إِنْ أَجْرِىَ إِلاَّ عَلَى اللهِ ، وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}

Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)”. (QS. 10:72)

{وَ يَا قَوْمِ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالاً ، إِنْ أَجْرِىَ إِلاَّ عَلَى اللهِ ، وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا ، إِنَّهُمْ مُلاَقُوا رَبِّهِمْ وَلَكِنِّى أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ}

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Rabbnya akan tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang tidak mengetahui”. (QS. 11:29)

Nabi Huudpun tidak minta upah atas jasa dakwahnya :

{وَ إِلَى عَادٍ اَخَاهُمْ هُودًا ، قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِهِ ، إِنْ أَنْتُمْ إِلاَّ مُفْتَرُونَ}

Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka Huud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan saja. (QS. 11:50)

{يَا قَوْمِ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ، إِنْ أَجْرِىَ إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ فَطَرَنِى ، أَفَلاَ تَعْقِلُونَ}

Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?” (QS. 11:51)

Dan masih banyak lagi yang saya catat tentang para ulama tidak boleh teken kontrak pembayaran, tidak boleh minta amplop atas hasil ceramahnya. (QS. 26:109) (QS. 26:127), (QS. 26:145), (QS. 26:164), (QS. 26:180), (QS. 34:47), (QS. 10:72), (QS. 11:29), (QS. 11:51), (QS. 26:109), (QS. 26:127), (QS. 26:145) (QS. 26:164), (QS. 26:180), (QS. 34:47).

Dalam klausul kasus diatas, jelas tugas ulama, pendakwah, adalah mengajak manusia ke jalan Allah. Mosok mengajak manusia kejalan Allah, agar si preman tidak berzina, tidak bermabuk mabukan, tidak sholat, sang uztad minta bayaran atas nasehat nasehatnya?. Jika itu yang terjadi, kemudian hari yang terjadi adalah pelecehan terhadap diri sang ulama. Ketika sang Uztad datang untuk mendakwahkan Islam kepada si preman, si preman berkata, lagi butuh duit nikh yee.

Jadi sang ulama mulutnya tertutup dalam hal meminta minta pembayaran, apalagi pasang tarif sebagaimana dahulu terkenal dengan istilah ulama saloon. Kalau di kasih amplop? Bagaimana?. Boleh, dengan syarat ia fukaro. Jika ia secara pribadi telah kaya, ia tak berhak menerima amplop untuk kebutuhan hidupnya. Kecuali amplop itu untuk diteruskan kepada fakir miskin lainnya.

Firman Allah yang membolehkan ulama miskin menerima amplop adalah sbb:

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِى سَبِيلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِى اْلأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ اْلجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ سِيْمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak (jama’ah harus peka keadaan ustadnya). Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (al-Baqarah; 2:273)

Ringkasnya ustad yang miskin yang boleh menerima amplop, tapi amplop itu datang dari pihak kedua tanpa ada permintaan sedikitpun dari ustad sebagai pihak pertama. Tidak ada omong omong mengenai pembayaran, tidak ada kontrak, dan kalau tidak diberikan serupiahpun dari pihak kedua, sang ulama tidak boleh bermuka masam dan berjanji tidak mau datang lagi. Itu konsekuensinya sang pembawa risalah, dan dia harus ikhlas dengan sesungguhnya. Jika wajahnya bermuka masam tidak diberi amplop, sang ustad telah menyalahi tugas mulia para nabi, yang berharap upahnya dari Allah semata. Berhenti saja jadi ustad, karena ustad model seperti ini merusak dakwah dan misi Rasulullah.

Sekarang ini telah terjadi penyimpangan besar besaran dalam masalah ini. Meminta mantan artis yang jadi muslimah berceramah ugama, sang artis menentukan tariff untuk kesediannya hadir tiga juta. Persis seperti selebritis dibayar kontrak shooting. Kini ada ulama TV tarif 8 juta, 10 juta dsbnya, makin popular ia, makin besar tarifnya. Muka muka mereka selalu tampil di TV atau surat kabar yang berkesan manusia suci yang mewakili ummat, padahal mereka tak lebih dari pecundang pecundang ugama.

Ya Allah betapa telah rusaknya keadaan, penyeru penyeru ugama engkaupun telah mengkomersialkan ugama engkau untuk kepentingan bisnisnya, menjual ugama engkau untuk kepentingan politiknya, bagaimana ummat tidak lebih rusak karena ulamanya saja sudah rusak. Sekarang orang orang yang hidup dilingkungan miskin semakin sulit untuk beroleh petunjuk engkau dari ulama, dari ustad ustad, karena mereka akan mengatakan uang dari mana untuk menghadirkan ulama datang ketempat masjid kami yang kumuh ini?.

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ إِلاَّ النَّارَ وَلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ ألِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (buat bisnis), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (al-Baqarah; 2:174)

Karena itulah yang banyak muncul dipermukaan adalah ulama ulama us’suu’u (ulama jahat), ulama selebritis (walau mungkin tidak jahat, tapi motifnya duit), Rasulullah bersabda, sejahat jahat manusia dikolong langit adalah ulama us’suu’u, dari lidahnya keluar fitnah (H.R Baihaqi). Tidak mengapa tidak pakai jilbab, tidak mengapa pula pakai jilbab jika wanita muslimah keluar rumah dstnya, yang bicara ini doctor lulusan Al ahzar Mesir. Uztad, bagaimana nikh kita kok gini terus (zina), gampang ntar taubat. Gitu aja kok repot. Tapi muncul mengisi acara Ramadhan sebagai penceramah di setasiun TV. Wey…

Ulama selebritis ini umumnya mau tampil di TV setelah setuju dengan syarat syarat untuk tidak bicara ini, tidak bicara itu, padahal syarat itu suatu penghinaan atas alur dakwah, mengkebiri dakwah. Sang ulama setuju aturan itu karena ia cari populer, ia cari uang. Ah materi Islam bukan itu saja Al Wala, wal baro. Gampanglah. Ulama yang istiqomah menolak diatur, keimanannya tersinggung ketika ia dilarang bicara ini bicara itu. Karena ia tidak cari populer, ia usir wartawan TV tersebut.

Coba perhatikan, kita tidak pernah mendengar Ulama Ba’asyir, Irene Handono memberi ceramah rutin di TV, bahkan sekali saja untuk menerangkan pemurtadan nasrani kepada ummat Islam, liku liku nya jalannya pemurtadan sesuai keahliannya yang mantan biarawati, penerangannya tidak pernah di TVkan. Saya belum pernah melihat Irene Handono tampil untuk membahas Da Vinci Code dimana “tuhan beristri”. Masalah ini sangat penting diketahui ummat, tapi tidak satu stasiun TV pun yang mengundangnya.

Kita tidak pernah mendengar ulama di TV mengkupas apa itu kemusyrikan, siapa itu orang orang musyrik, kemunafikan, siapa itu orang orang munafik, kepada siapa loyalitas ummat diberikan dan ditujukan, yang muncul di TV hanyalah ugama akal, ugama budi pekerti, ugama logika yang arahannya tidak menyelamatkan kaum muslimin itu sendiri dari perjalanannya menuju neraka. Malah menghibur ummat yang dalam perjalanannya menuju neraka.

Jika memang sang ulama care terhadap ummatnya, bukan care terhadap duitnya, justru yang harus dibenahi ulama papan atas yang kerap muncul di TV itu adalah kemusyrikan masyarakatnya. Kemusyrikan adalah masalah paling urgen yang harus diberantas para ulama yang menguasai media TV. Karena media TV sangat ampuh untuk proses cepat sadarkan ummat. Rusaknya negeri BBM justru karena bercokolnya orang orang musyrik dan orang munafik di lembaga lembaga kekuasaan.

Seorang musyrik, yang tidak mau hukum hukum Allah ditegakkan di bumi Allah di negeri bbm, semua amal amalnya Allah lenyapkan. Orang orang munafik adalah pembudaya, pendukung kemusyrikan. Orang yang menempel seperti benalu. Kan kasihan kita jika sohib kita orang musyrik, ia rajin sholat, puasa, zakat, haji, dermawan yang amat sangat, jadi anggota thanks givingnya uztad Mansur, tapi tuhannya yang lain selain Allah adalah tuhan Toleransi, Tuhan Kebersamaan dstnya.

Kok ulama kita menyuruh ia sedekah, kok ulama kita menyuruh dia puasa, kok ulama kita menyuruh ia zakat, kok ulama kita menyuruh dia sholat, semua amal amal itu tidak ada gunanya bagi orang itu, selagi ia masih menyembah tuhan tuhan yang lain lagi(thogut), selain Allah. Dan tuhan di negeri BBM adalah tuhan toleransi. Manusia tunduk patuh pada apa maunya toleransi, Tuhan kebersamaan, manusia tunduk patuh pada kebersamaan dari pada tunduk patuh terhadap apa maunya Allah. Sikap beribadah banyak tuhan itu namanya musyrik.

Sang ulama TV, sang ulama selebritis ini tahu masalah ini, tapi tetap saja membiarkan kemusyrikan ummat, sementara sang ulama juga tahu semua amal mereka akan hangus, tapi dibiarkkannya ummat dalam kemusyrikan. Ini adalah kejahatan ulama yang nyata nyata terhadap ummatnya, atau sang ulama sendiri yang masuk dalam kelompok kaum musyrikin, wallahualam.

{ذَلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِى بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ، وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. 6:88)

Jakarta, 15 Oktober 2006

Bagi yang butuh file asli dengan ayat qur’annya, email saja.

Forward lah jika benar, karena kebenaran dari Allah, dan anda dibalasi dengan baik oleh Allah SWT yang menghidupi anda.


April 2009
M S S R K J S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  

Blog Stats

  • 8.534 hits

Klik tertinggi

  • Tidak ada