Arsip untuk April, 2009

Socrates, Plato Penentang Demokrasi

Oleh :

Darmen Adios

Saya sungguh prihatin pada tulisan di bab mujadalah majalah Mujahidin dengan judul Kekafiran Demokrasi, dengan maksud mendudukan masalah secara proporsional dan mencoba meluruskan pola berfikir agar selaras dengan syariat Islam, tetapi lantaran yang disampaikan jauh panggang dari api, tidak proporsional, tidak sampai pada titik masalah, pandangan majalah Mujahidin tak beda dengan Pandangan sesat Ustadz Abu Karim Fatullah dalam bukunya Kekeliruan Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir.

Teknology Tidak sama Dengan Dien (Ugama)

Mengambil sample contoh saja dewan redaksi tidak tepat, bagaimana kadar kemampuan seseorang seperti itu akan menempatkan sesuatu secara proporsional dalam meluruskan pola pikir ummat pada masalah democrazy agar menjadi selaras dengan syariat Islam?. Dewan redaksi menyatakan tidak setiap product orang kafir wajib ditolak, tapi mengambil sample teknologi buatan kafir, saya jadi malah bertanya, dewan redaksi ini sedang bicara apa?,

Bicara soal dien atau masalah teknologi?, jika bicara soal teknologi product kafir, bahkan saya ingin menambahkan, sejak kapan Islam melarang penggunaan teknologi kafir?, tak akan pernah kita temukan bukan?, tapi untuk menjadikan teknologi yang berasal dari barat sebagai contoh untuk menyatakan tidak semua product kafir ditolak, digandengan dengan masalah agama agar tidak ditolak juga, ini jelas kekeliruan berat. Atau dewan redaksi memang bermaksud mengelabui ummat, agar mereka yang dalam perjuangannya suka mencampur yang hak dengan yang batil (Niccolo Machiavelli) mendapat sokongan dari ummat.

Kita ini sedang bicara product kafir bukan dalam bentuk teknologi, tapi dalam bentuk ajaran, system mengatur masyarakat, system kehidupan. Islam system kehidupan yang sempurna dan itu dinyatakan sendiri oleh Allah swt dalam Q 5:3. Democrazy juga system kehidupan yang mengatur masyarakat, jadi sama sekali bukan bicara soal penggunaan teknologi kafir, tapi penggunaan ajaran kafir yang diterapkan kepada mayoritas pengaku muslim, dimana jantung dari ajaran tersebut adalah pemusyrikkan terhadap ummat.

Jika jantung masalahnya saja anda tidak paham, maka bahasan anda lainnya adalah rembetan ketidak pahaman anda sebagaimana anda katakan kata democrazy hanya istilah. Anda tidak bisa membedakan antara hanya sekedar istilah dengan kata yang punya hakikat, punya isi. Kalau kata kata “papa – mama” hanya istilah itu benar, begitu juga kata kata ayah ibu, nyokap bokap, abi ummi, emak bapak, dady mom dst, walau begitu banyak namanya, esensinya hanya satu, kata kata yang mewakili panggilan orang tua bagi anak anaknya, dan kata kata tersebut benar hanya istilah. Tidak ada pengaruh sedikitpun bagi masyarakat. Tidak menyebabkan manusia menjadi musyrik.

Tetapi kata democrazy yang diterapkan dinegeri Ingkar Allah Ingkar Nabi (IAIN) adalah system mengatur masyarakat yang diaplikasikan, berdampak masyarakat muslim menjadi masyarakat musyrik lantaran mereka menjadi pendukung nyata system atau ajaran democrazy tersebut. Pada pengertian ini anda tampak menulis asal ngomong tanpa memperhatikan kedalaman masalah yang sedang dihadapi ummat.

Jika saya katakan kata kata democrazy, itu yang saya maksud memang democrazy yang sekarang diterapkan, baik diterapkan di negeri IAIN atau dinegeri barat leluhur lahirnya democrazy. Lantaran itu buang buang energi dan waktu anda mencoba meluruskan tentang democrazy, penjelasan anda bukan membuat ummat semakin mengerti, tetapi semakin bingung, akibatnya ummat tetap dan akan selalu tertipu oleh permainan syeitan yang bernama democrazy ini.

Democrazy itu suatu Dien

Kita bahas hal yang mengecohkan ummat yang datang dari anda itu. Kita bicara bukan product teknologi, tapi product ajaran yang diterapkan (dien) dimasyarakat. Democrazy suatu ajaran yang telah diaplikasikan. Rasulullah adalah orang pertama yang paling murka ketika ada diantara sahabat yang masih memegang mushab kitab lama (kitab ajaran lama). Kita tahu kitab Zabur, Taurat, Injil yang original datang dari Allah dan merupakan kitab kebenaran, tapi kitab tersebut tetap tertolak untuk digunakan setelah datangnya Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang terakhir.

Bagaimana kitab democrazy yang nyata diterapkan sebagai system kehidupan yang mengatur masyarakat di negeri IAIN, anda masih mau coba mempertahankan kebenarannya padahal anda sendiri mengaku system kehidupan itu datang dari dubur manusia kafir?. Rasulullah bukan penggagas atau pencetus suatu system kehidupan Islam, tetapi orang kafir, seperti halnya Karl Max ia pencetus ajaran komunis, democrazy dari Yunani juga gagasan manusia kafir, yang kini ajarannya amat popular dikalangan ummat, jauh lebih pouler dari ajaran Islam milik mereka sendiri.

Rasulullah tidak seperti Karl Max, beliau hanya utusan Allah yang menerapkan system kehidupan yang datang dari Allah (Islam) dan bukan sama sekali yang datang dari yang namanya manusia. Jika Rasulullah sendiri tidak lancang, orang kafir lancang, kenapa gagasan si lancang itu anda utak atik, mencari cari celah kepala siapa yang cocok dengan topi, ajaran kafir mau dicocok cocokkan dengan kesempurnaan ajaran Islam, yang berarti anda tidak percaya kepada kesempurnaan ajaran Islam. Kalau anda percaya 100% Islam telah sempurna, campakkan secuil ajaran sesat tersebut walau ada yang sesuai Islam.

Dan sebenarnya bukan hanya ajaran democrazy yang ada benarnya jika ditinjau dari Islam, kalau anda mau teliti ajaran hindu, budha dan yang lainnya, mungkin saja ada satu dua dari ajaran tersebut yang sesuai Islam, misal berbuat baiklah kepada orang tua. Apa ada ajaran Budha, Hindu yang mengajarkan, tempeleng saja kedua orang tuamu kalau kamu lagi bete.

Kalaupun ada orang yang mau mengatur suatu negeri hanya dengan selembar saja ayat qur’an, sementara ratusan halaman lainnya dicampakkan, tetap saja niat baik orang semacam itu tertolak, apalagi itu ajaran datang dari dubur orang kafir dan diaplikasikan secara nyata dalam masyarakat pengaku muslim, yang kata anda ada sedikit berbau Islamnya. Anda tampaknya tak perduli bagaimana halnya perkataan Rasulullah, yang marah ketika sahabat masih ada yang membawa (ingat hanya sekedar membawa, tidak diamalkan) kitab kebenaran original seperti Injil itu. Dan anda juga tak pernah mau meneliti apakah Rasulullah berjuangnya seperti pembenaran yang anda katakan.

Anda mengatakan democrazy secara prinsip harus ditinjau dari dua segi, sebagai ideology dan mekanisme meraih kekuasaan. Secara ideology anda mengatakan democrazy mutlak sesat tapi dalam mekanisme meraih kekuasaan anda katakan punya kesamaan sifat dengan system pemerintahan Islam. Pernyataan disatu sisi sesat disisi lain benar ini jelas membingungkan ummat. Tampaknya anda termasuk orang yang tertipu oleh kata kata asing (ideology) tanpa memahami makna hakikinya dari kata idelogy itu. Bagaimana suatu system kehidupan yang telah punya syariat sendiri untuk mengurus manusia anda katakan ideology dan anda anggap bukan dien, sehingga anda mengatakan disatu sisi dikatakan sesat disisi lain anda katakan benar.

Qur’an tidak mengenal kata kata ideology atau azas, bukan berarti Allah tidak memahami bahasa asing ini, ideology atau azas atau paham atau agama sama saja dalam pandangan Islam, semua azas, semua ideology, semua paham, semua agama selain ideology, azas, paham atau agama Islam tertolak. Q 3:19, 3:85. Jadi adalah logika aneh jika ideologinya anda katakan sesat, tapi ideologynya halal dipakai sebagai mekanisme untuk mem perjuangkan Islam. Atas dasar ilmu dari mana anda menerangkan logika logika aneh tesebut?.

Setiap Permainan Punya Syariat (Aturan)

Sebelum sampai kepada pembelaan diri anda dalam hal mekanisme seperti 1. rakyat memiliki hak mengontrol jalannya pemerintahan dan kebijakan pemerintah, 2. Rakyat memiliki hak memilih pemimpin eksekutip maupun legislative, 3. rakyat mempunyai hak musyawarah dalam mengelola pemerintahan dan Negara, dimana atas dasar 3 point ini, anda menjadikan pembenaran democrazy ditinjau dari sisi mekanisme. Maka kita bahas dulu apa benar syariat atau inti peraturan yang berlaku dalam system democrazy itu telah sesuai Islam, atau malah menentang dan menipu Islam?.

Setiap anda bermain apa saja, mau main catur, congklak, sepakbola, ludo, pingpong, tennis, golf atau apa sajalah pasti ada syariat atau peraturannya. Sebelum anda ikut pemilu, katakanlah untuk memenangkan partai apaiiiyaaa Islam, anda juga tahu dan sadar syariat yang berlaku dalam system democrazy tsb. Essensi utama syariat democrazy adalah suara terbanyak menentukan keabsahan, legalitas suatu hukum. Karena itu semua partai mati matian untuk memperoleh suara terbanyak.

Syariat ini ternyata tidak terhenti pada saat memilih anggota DPR saja, bukan saja sekedar untuk memilih orang, tapi dilembaga paganisme DPR MPR, syariat ini tetap merupakan syariat yang mutlak, baku, digunakan untuk semua urusan perundang undangan. Lantaran democrazy system, tentunya taut bertaut, tali menali, saling berhubungan dari memilih sampai menempatkan anggota DPRnya, membuat UU, menentukan, menolak UU didasari atas keputusan suara terbanyak dan bukan menurut apa kata Allah dan Rasulullah.

Namanya hidup, apa mungkin system democrazy yang telah diaplikasikan dimasyarakat tidak bakal bersintuhan dengan apa yang menjadi kehendak Allah (Qur’an) dalam mengurus yang namanya manusia ini?, jika anda katakan tidak, tentulah anda orang paling tuoolol didunia ini. Jika anda katakan yaa dan anda sebenarnya ber-iman kepada Allah dan hari akhirat, mengapa anda setuju kepada suatu permainan yang menyebabkan anda terjatuh kepada kemusyrikan ini. Sementara anda berteriak teriak hendak memperjuangkan Islam, disisi lain anda menginjak injak syahadat anda. Kalau begitu apa yang anda perjuangkan sementara kemusyrikan itu sendiri anda amalkan tanpa anda merasa takut sedikitpun kepada murka Allah?. Ingatlah, anda bisa menipu sebagian besar manusia, tapi ingat anda tidak bisa menipu semua manusia, apalagi menipu Allah.

Inti syariat Islam dalam system Islam adalah apa kata Allah apa kata Rasulullah, maka tuhannya Allah SWT. Syahadatnya Tiada tuhan selain Allah. Dalam system democrazy inti syariatnya apa kata suara terbanyak dan tak mengenal itu apa kata Allah dan apa kata Rasulullah, maka tuhannya adalah gerombolan manusia, syahadatnya tiada Allah melainkan suara terbanyak (gerombolan manusia). Sekarang cobalah anda bertanya kepada diri anda sendiri, anda ikut suatu permainan, dan anda setuju serta antusias dalam permainan tersebut, tapi pintu gerbang syariatnya telah nyata nyata menyingkirkan wewenang Allah dalam mengatur hamba hambaNya, diganti oleh wewenang gerombolan manusia. Bagaimana anda kok bisa menerima syariat seperti itu???, jadi tunda dulu pembahasan point point pembelaan diri anda dalam hal mekanisme itu. Dipintu gerbang pemilu saja anda telah membatalkan syahadat Islam anda.

Sama saja dalam permainan poker, antara wanita dan pria, jika kalah buka baju satu persatu dan bisa sampai telanjang bulat jika anda kalah terus dalam permainan, jika anda menang boleh anda berpakaian lengkap. Sinonimnya jika anda kalah, anda rela hukum dan wewenang Allah dipinggirkan, dihinakan, namanya juga kalah. karena begitu aturan permainan pokernya. Jika anda menang silahkan anda pakai baju terus, wewenang Allah anda tempatkan pada porsinya. Itulah aturan main system democrazy. Lucunya jika anda kalah, tetap saja anda bercokol dilembaga paganisme tersebut, mau ngapain, sudah jelas tak akan mungkin anda mewujudkan hukum hukum Allah, sebagaimana terbukti dari sejak tahun 1955 tidak pernah sekalipun syariat Islam tegak di bumi IAIN ini.

Oke jika anda menang, bisakah keinginan itu diaplikasikan pada kenyataannya? Tidak juga. Selain orang yang gampang berbuat syirik, gampang menghalalkan segala cara, ringan tangan untuk berzina, korupsi dsbnya, tidaklah mungkin mewujudkan Al Islam dalam kehidupan nyata sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya yang bersih dari kemusyrikan dan dari menghalalkan segala cara. Di Aljazair dan Palestina merupakan bukti, bulshit saja berjuang dalam system democrazy, musyriknya sudah pasti, karena ketentuan permainannya menyepelekan Allah dan mentuhankan manusia, ketika menang andapun tetap diperdaya oleh mbahnya penebar ajaran democrazy, Amrik dan Israel.

Barang siapa yang bermain main dalam pesta democrazy, mereka sebenarnya cuma menjadi bola mainan Yahudi Nashrani. Namanya juga crazy, jadi orang orang yang setuju berjuang dengan syariat system democrazy, memang orang orang yang sebenarnya crazy pada kedudukan, harta dan keharuman nama, bukan orang orang yang mencari nilai nilai kebenaran. Tak ada kemiripan sedikitpun berjuang dengan cara patuh taat pada system musyrik, dengan berjuang sebagaimana perjuangan Rasulullah saw. Berhentilah kalian dari berdusta.

Kembali kepada aturan permainan, jika anda dalam hal permainan poker bugil tidak setuju akan aturan permainannya, lantas atas dasar apa anda menerima aturan permainan democrazy itu?, merebut kekuasaan?, itu cara yang susah butuh dana besar, cara yang mudah saja, Rasulullah ditawarkan Harta, Tahta, Wanita oleh golongan Qurays tidak menerima, kan gampang, begitu berkuasa jadi president tinggal terapkan hukum hukum Allah, nah kenapa Rasululllah menolak?, karena memang tidak mungkin nyampur orang kafir, musyrik mu’min dalam satu wadah.

لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ ، أُولَئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ اْلإِيْمَانِ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ، وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ، رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ، أُولَئِكَ حِزْبَ اللهِ ، أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Kamu tidak akan mendapati (temukan) sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. 58:22)

Karena anda pekak, tuli, bisu, tidak mau mencontoh bagaimana Rasululah berjuang, jadilah Islam sebagai barang dagangan ampuh yang takkan pernah basi untuk mengelabui ummat sampai kapanpun. Islam hanyalah alat bisnis, ujung ujung duit. Saya baru saja bertemu mantan anggota DPR, dia bilang sampai kapanpun dia tidak akan pernah mau masuk partai lagi, bohong kalau mereka memperjuangkan Islam, anda mau kenal? Bisa saya antarkan kerumahnya.

Socrates Dibunuh Lantaran Menentang Democrazy

Dalam buku karangan Dave Robinson dan Chris Garratt dengan judul mengenal Etika for Beginners, halaman 34, 35, Plato (428-354 SM) murid Socrates, tidak pernah memaafkan kaum democrat yang telah membunuh gurunya (Socrates), lantaran Socrates menentang democrazy. Democrazy menurut Plato berarti kericuhan dan berkuasanya sekelompok mafia ganas dan berdarah dingin yang mudah diperalat para poli-tikus.

Hal ini bisa dimaklumi, karena hanya orang orang kaya saja yang bisa bermain dalam permainan pesta democrazy ini, rakyat hanyalah tumbal dan pelengkap penderita, karena kebutuhan terhadap uang yang besar itu membuat munculnya mafia politik, uang kebutuhan kampanye selalu lebih besar dari yang ia miliki, maka yang support adalah bandar bandar judi dan semacamnya, (ini pengakuan mantan anggota DPR), jika ente menang jangan lupa ya beri ane project gas Sidoardjo. Begitu sang president menang, benar ternyata ada pejabat tinggi yang punya saham besar di project gas Sidoardjo yang sekarang bermasalah besar. Kericuhan kata Plato, ternyata benar juga, hampir disetiap pemilihan, muncul kecurangan dan tentunya kericuhan, Plato meninggalkan Athena dengan penuh kebencian, kemudian kembali pada saat kota tersebut dalam bahaya besar.

Jadi sebenarnya bukan ajaran Islam saja yang mutlak menentang syariat democrazy, ternyata ada juga orang kafir, bahkan para filsufnya menentang democrazy, cara befikir mereka sederhana saja, didalam masyarakat yang majemuk ini, tentu saja yang paling banyak kalangan orang orang bodoh, penjahat, pelacur, penjudi, pemalas, pencuri, preman dsbnya. Dengan system democrazy, dimana hak si bodoh dengan si pintar sama, sipenjahat dengan si orang baik baik sama, tapi jumlah pecundang mayoritas, maka tak heran orang buta hati buta mata jadi president. Bush yang begitu kejam, yang menurut akal sehat seharusnya habis kariernya, malah terpilih lagi.

Maka benar democrazy itu penuh dengan kegilaan, sampai sampai dewan redaksi Mujahidin yang selalu berterus terang terhadap kebenaran, turut menjadi crazy dengan mengatakan democrazy itu sesat democrazy itu betuullll. Crazy khan???.

Sangat memalukan memang, jika filsuf Yunani Socrates, Plato menentang democrazy, pengaku muslim belagak pinter mencoba mengurai democrazy sebagai landasan perjuangan sah dan cara yang benar menurut Islam. Sangat memalukan.

Mekanisme Democrazy Sarat Bertentangan Dengan Islam.

Sekarang kita bahas tentang mekanisme. Mekanisme democrazy begitu banyak dan tidak fair jika cuma tiga saja yang dibahas dewan redaksi. Pertama system pemilihan penggede dalam Islam tidak diserahkan kepada rakyat seperti system democrazy sekarang ini. Jadi masih dusta juga dewan redaksi jika diserahkan kepada rakyat sepenuhnya sesuai Islam. Pemilihan khalifah dilakukan oleh sahabat sahabat Rasulullah yang juga telah digembleng ke Islamannya oleh Rasulullah. Baca buku Khilafah dan Kerajaan karya Abul A’la Al Maududi. Kalau memilih khalifah dengan dasar yang penting seluruh rakyat, inikan democrazy, pasti ia bertentangan dengan firman Allah yang mengklasifikasikan kebanyakan orang (rakyat) adalah sesat sesesat sesatnya.

Kebanyakan Manusia Pasti Menyesatkan

2:243 Kebanyakan manusia tidak bersyukur, 3:110 Kebanyakan manusia fasik, 5:62 Kebanyakan manusia membuat dosa, 5:71 Kebanyakan manusia buta tuli, 5:103 Kebanyakan manusia tidak mengerti, 6:37 Kebanyakan manusia tidak mengetahui, 6:115 Kebanyakan manusia hendak menyesatkan manusia, 7:102 Kebanyakan manusia tidak memenuhi janji, 11:17, 26:121, 40:59, 26:8, 26:67 Kebanyakan manusia tidak beriman, 16:83 Kebanyakan manusia kafir, 21:24 Kebanyakan manusia tidak tahu yang hak, 23:70 Kebanyakan manusia benci terhadap kebenaran, 26:223 Kebanyakan manusia pendusta, 29:63 Kebanyakan manusia tidak memahami, 30:42 Kebanyakan manusia musyrik dst nya.

Allah telah memberi gambaran jika kebanyakan manusia jadi ukuran neraca penilaian, maka kualitas manusia kebanyakan seperti firman Allah diatas. Penguasa memang harus mengurus rakyatnya dengan amanah, itu wajib, walau rakyatnya penuh dengan perampok dan pelacur. Tapi bukan berarti diserahkan seluruh wewenang untuk memilih kepemimpinan dan bahkan semua kasus hukum bergantung keputusan suara rakyat (mayoritas).

Inilah bedanya system Islam dan dengan system democrazy. Dalam system Islam, hanya orang orang yang beriman dan bertaqwa yang diminta pandangannya untuk memilih khalifah yang paling tepat. Dari segi hukum, semua berdasar apa kata Allah dan apa kata Rasulullah, pandangan suara mayoritas (inti ajaran democrazy), hanya boleh untuk hal hal yang tidak terdapat dalam ketentuan Al Qur’an dan Sunah Rasul. Naik apa ke Bogor, naik Bushway, OK suara mayoritas boleh. Tapi tetap saja Islam menggunakan methode terbaik terbenar. Tidak mentang mentang terbanyak. Mayoritas bilang naik Bush reyot, lewat jalan berlubang lubang, minoritas bilang naik Bush sehat, lewat jalan aspal mulus, tentu terbaik terbenar tetap jadi ukuran.

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللهُ ، وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُوا اْلأَلْبَابِ

yang mendengarkan perkataan lalu dipilih yang terbaik, terbenar (sesuai kebenaran Al Qur’an). Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang cerdas. (QS. 39:18)

Sekarang semakin jelas, fakta yang tidak terelakan, system democrazy mengingkari keberadaan Allah dan mentuhankan suara mayoritas, maka siapa saja yang mendukung system democrazy, ikut pemilu dalam system democrazy, mereka berada dalam status mempersekutukan Allah. Democrazy akan mati sendiri, jika pengaku Muslim ini tak satu orang juapun yang partisipasi dalam pemilu. Tanaman padi disawah akan mati sendiri jika tidak ada yang mengurusnya. Ada yang mengatakan, bukankah memilih pimpinan wajib?, yang wajib dipilih itu adalah pemimpin yang patuh pada Allah dan Rasul. Abu Bakar ra. Umar bin Khatab ra, Usman ra, Ali ra, semua menyatakan kalian diharamkan patuh pada penguasa yang tidak menerapkan syariat Islam atau ketentuan ketentuan Allah dan Rasulnya.

Abu Bakar as Shiddiq setelah dibaiat berpidato:”… Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya, bila aku tidak taat kepada Allah, tidak menerapkan hukum hukum Allah, maka tidak ada kewajiban atas kalian taat kepadaku, sebab aku hanyalah seorang yang akan selalu mengikuti jejak Rasulullah dan bukanlah aku seorang yang berbuat sesuatu yang menyimpang dari ajaran beliau.

Kalau khilafah Rasyidin saja berkata demikian, menyuruh haram patuh kepada penguasa yang IAIN, anehnya banyak ulama ulama sekarang yang katanya menentang democrazy dan mengaku dari kalangan ahlussunnah, menyuruh patuh kepada pemerintahan yang IAIN, democrazynya ditentang, tapi hasilnya dipatuhi, pesan pesan khilafah Rasyidin dilupakan, karena mungkin sudah tidak sesuai zaman. Inilah keanehan keanehan dari kualiatas ulama kita yang telah keracunan tipu daya iblis yang berhasil memplot gerombolan manusia menjadi tuhan. Karena manusia banyak yang dituhankan termasuk dirinya, maka manusia tidak merasakan kemusyrikan itu. Coba kalau batu yang dituhankan, pasti ulama kita pinter ngomongnya bahwa mentuhankan batu musyrik.

Menyerupai Suatu Kaum Juga Tanda Kesesatan

Rasulullah bersabda, barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut. Pesta democrazy di negeri IAIN sama persis seperti yang diaplikasikan di Amerika atau Eropa dan belahan dunia kafir lainnya. Jika itu diterapkan dinegara mayoritas yang katanya pengaku muslim, maka pengaku muslim tersebut telah menyerupai orang orang kafir tersebut.

“Pilihlah Saya” Mekanisme yang bertentangan dengan Islam

Mekanisme sesat lainnya yang tentunya bertentangan dengan syariat Islam adalah Islam tidak pernah mengajarkan sesama kaum muslimin saling mengalahkan untuk kemenangan dirinya atau partainya. Bagaimana mau masuk kancah saling mengalahkan, mau mencoba untuk menunjuk nunjuk dirinya agar terpilih jadi pejabat saja terlarang.

Demi Allah, kami tidak akan menyerahkan salah satu jabatan pemerintahan kami ini kepada sesorang yang memintanya atau sangat antusias untuk mendudukinya” (Bukhari kitab al ahkam bab76, muslim kitab Imarah bab 3).

“Orang yang paling berkhianat disisi kami ialah orang yang mencari cari kedudukan” (Abu Daud Kitab al Imarah bab2)

Kami tidak akan memberikan suatu jabatan dalam pemerintahan kami ini kepada orang yang menginginkannya” (Kanzul Ummal jilid 6, hadist 206).

Disini terbukti lagi bahwa mekanisme democrazy adalah mekanisme sesat, dengan tampilnya manusia menunjuk nunjuk dirinya, atau partainya agar terpilih, maka muncul ria, pamer, ujub atau berbangga banga dengan gelarnya yang bertumpuk, yang pasti punya vested interest, bukan ikhlas karena Allah. Pasang tampang segede gede gajah, semua gelar yang dimiliki di cantumkan didepan dan dibelakang namanya, sampai pergi hajinya saja diberi tahu kepada ummat, pulang haji bergelar H. Tujuannya untuk promosi diri, biar dikatakan tetap pembela Islam. Selain promosi diri, promosi pula partainya, putih bersih, giliran partainya terima dana non budgeter tinggal ngomong Ooo itu khan oknum. (23:53), (30:32 ), (31:18), (57:23).

Calon Pemimpin di Datangi

Dalam Islam kepemimpinan itu didatangi, tidak ia berkampanye, tidak pula ia keluar uang sepeserpun. Dalam system democrazy calon pemimpin mencari cari dukungan agar terpilih dan dengan mencari dukungan itu tentulah ia harus siap uang yang tidak sedikit, begitu diumumkan kekayaan cagub, ternyata ada yang punya uang 203 milyard, kita terkejut, dapat dari mana tu duit?. Kalau menang tentu ia ingin uang nya balik, maka dia bikin project project besar milik Negara, yang ngerjakan dia punya PT atas nama keluarganya, lagu lama. Repotnya kalau kalah, namanya juga pemilihan berjudi, uang milyard’an raib.

Adakah si calon president, calon gubernur mau menolong orang miskin dengan uang milyardan sampai triliunan jika ia batal mencalonkan diri?, uang kampanyeku untuk rakyat miskin sajalah. Tak pernah ada dimanapun dan sekalipun, walau dia dari kalangan partai apa ya Islam. Kita lihat uang bertumpuk ditangan aparat atau mantan aparat, jumlahnya luar biasa, sangat tidak adil dengan keuangan rakyat yang buat makan saja susah. Bagaimana rakyat dapat hidup cukup, uangnya digasak terus aparat penguasa. Akhirnya rakyat menjadi mayoritas miskin, lima tahun sekali simiskin dimanfaatkan lagi oleh sang penguasa. Gitu terus, sampai sampai Plato muak.

Jika Islam memerintahkan untuk ummat bersatu padu dan tidak bercerai berai (Q 3:103, 3:105) ajaran democrazy malah menjadikan kalian berpecah belah, masing masing bangga pada partainya dan tidak sedikit pendukung partai dari santri atau pesantren geblek lawan partai bloon dari kalangan pengaku Islam lainnya, saling gontok gontokkan dilapangan. Dengan ajaran democrazy ummat dimasukkan kedalam aquarium aquarium, dipecah pecah semakin kecil semakin kecil agar mudah bagi kaum kufar untuk menghantamnya.

Diktator lain, Islam lain, Democrazy lain.

Jadi kalau kita gunakan system Islam, pasti tidak akan kita temui kediktatoran, karena banyak dari mereka yang tidak paham, kalau tidak kita gunakan system democrazy, pastilah akan muncul kediktatoran. Fasis dan semacamnya. Akhirnya mereka kembali lagi kesystem democrazy, karena itu yang dipandang yang terbaik. Padahal Allah memerintahkan kembali kepada system Islam, maka rahmat akan turun dimana mana.

Bagaimana Islam menghargai rakyat, kita lihat di masjid. Yang datang belakangan duduk dibelakang, walau dia pejabat harus duduk dibelakang. Tidak ada jabatan keagamaan dalam Islam seperti Pendeta Kardinal, Pastor, Paus. Masuk masjid mana saja silahkan, tidak perlu mendaftar dulu sebagaimana orang nasrani untuk ibadah di gereja harus terdaftar dalam gerejanya yang dia inginkan. Kalau kita lihat contoh gaya gereja, mereka yang katanya pendiri democrazy, malah tidak demokrasi dalam hal masuk tempat ibadah. Yang berlaku dalam gereja peraturan Paus, dalam Islam yang masuk Masjid yang berlaku peraturan Allah. Imam sholat dipilih yang ilmu ugamanya paling luas, bagus bacaannya dsbnya dan itu wajar wajar saja.

Jakarta, 28 Juni 2007

Bagi yang butuh file asli dengan ayat qur’annya, email saja.

Forward lah jika benar, karena kebenaran dari Allah, dan anda dibalasi dengan baik oleh Allah SWT yang menghidupi anda.


April 2009
M S S R K J S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  

Blog Stats

  • 8.534 hits

Klik tertinggi

  • Tidak ada